Senja Nyata
Kisah Ku
Malam
itu aku terbangun dari mimpi malam yang cukup menyeramkan, dimana aku merasakan
ketakutan untuk kehilangan yang kedua kalinya.
Perkenalkan
namaku Rio Wilian Nugraha, aku seorang honorer Tata Usaha disebuah Lembaga
Pendidikan yang ada di kotaku. Umurku 19 tahun lebih 3 bulan. Aku tinggal
Bersama ibu dan adikku. Ayahku meninggalkanku 2 tahun lalu semenjak aku masih
sekolah. Menurutku itu akhir dari perjuangan ayahku, namun bukan akhir dari
kehidupan keluarganya.
“Bangun
nak, sudah subuh.” Ibuku membangunkanku.
Serentak aku langsung bangun dengan
ekspresi kaget karena mimpi burukku. Tanpa basa-basi aku langsung menuju kamar
mandi dan pergi ke masjid untuk melaksanakan solat subuh.
Waktu
sudah menunjukan pukul 06.30, sudah saatnya aku berangkat bekerja. Dengan
sepeda kesayanganku aku berangkat dengan iringan lagu yang ku dengarkan lewat headset.
Seperti biasa aku selalu datang
pertama disana, aku langsung memulai pekerjaanku dengan membuka alat tempurku
yakni laptop kecil yang selalu menemaniku sejak aku sekolah. Satu persatu rekan
kerjaku berdatangan, aku selalu senang bekerja dengan mereka, karena setiap
kali mereka berbicara selalu ada ilmu baru yang mereka ucapkan.
Sudah
waktunya pulang, aku pulang dari tempat kerjaku. Di sana kuhabiskan waktuku
selama berjam-jam untuk menyelesaikan apa yang menjadi tugasku disana.
Sore
itu, aku pulang dengan kebiasaanku yang selalu mengayuh sepeda dengan ekspresi
bahagia karena telah menyelesaikan pekerjaanku. Aku menatap dengan jelas
hamparan sawah yang hijau dengan burung-burung yang sedang menari di atasnya.
Kudapati cahaya jingga yang memancar dari arah barat, "Masya Alloh,"
sempatku berucap untuk mengagumi keindahan yang diciptakan Semesta. Tak lama,
cahaya itu tenggelam bersama birunya langit, dunia yang awalnya terang
menderang seketika menghilang seperti ditelan kegelapan.
Adzan
berkumandang, tapi pikiranku masih tetap dengan ya, dia yang datang sementara,
memberiku berjuta kesan saat menatapnya, “indah dan menawan,” bisik hatiku.
Dia
adalah senjaku, yang selalu aku tunggu dan aku harapkan kedatangannya, aku
kagum dengan apa yang selalu Semesta berikan lewat indahnya senja. “Indah dan
menawan,” kata itu selalu membisik di hatiku. Aku ingin menghadirkannya dalam
keseharianku, aku ingin keindahannya menemani hari – hariku, hanya saja senja
selalu muncul sementara, dia hanya datang sebagai ucapan selamat datang untuk
rembulan yang menggantikan mentari.
Setiap
sore selepas pulang dari pekerjaanku, aku selalu duduk dimana senja itu
terlihat sangat mempesona, kala itu kudapati seseorang gadis cantik sedang
berlari di jalan kecil dengan
sekelilingnya sawah yang hijau. Diapun menyapaku “hey, sedang apa disana
?” sapa gadis cantik itu. “Sedang menikmati indahnya ciptaan Tuhan” Jawabku. “
Senja ya?” diapun menyambung ucapanku. Lalu kami berbincang dan sepertinya kami
memiliki kesamaan tentang senja yang selalu indah namun datangnya tak lama.
Sejak
itu, selalu kutatap senja pada waktu yang sama, selalu kutunggu pada hari-hari
berikutnya, tulisanku untuknya " Senja...... Datanglah padaku, aku tak
ingin melihat indahnya tatapanmu yang sementara, aku ingin kau selalu
menemaniku melepas semua yang kurasakan, kau bisa memberiku pengaruh untuk
mensyukuri apa yang diciptakan Semesta."
👍👍
ReplyDeleteTerima kasih telah membaca
DeleteKeren, penggunaan diksi nya sngt tepat
ReplyDeleteTerima kasih, semoga bisa terus berkarya
DeleteLanjutt lagi ceritanya
ReplyDeleteSiap,
ReplyDeleteRantetan kisah yang selalu ditunggu-tunggu ��������
ReplyDeleteTunggu aja yah kak, jangan sampe lupa bahwa kakak hanya sedang membaca
ReplyDelete