Bunga Malam
Malam
itu tak ada keindahan yang terlihat dari bintang dan rembulan, aku memutuskan
untuk menutup malam itu.
Rembulan telah menghilang, seketika
kenangan yang pernah engkau berikan di bawahnya pun luntur seketika karena
sinarnya tak seterang malam hari.
Pagi hari dapati bururng - burung
bernyanyi dengan merdunya, menari dibawah terangnya sang mentari, embun pagi
pun mulai larut dengan sentuhan sinarnya. Aku yang sudah bersiap menyambut hari
itu bersegera untuk melangkahkan kaki menuju sebuah tempat yang indah. Seperti biasa
aku selalu jadi orang yang pertama untuk menghirup udara segar dari rimbunnya
dedaunan hijau yang di suguhkan pohon yang rindang. Menit demi menit mereka
berdatangan padauk dengan fashion mereka dan dengan alasannya masing masing,
biasalah keterlambatan selalu bersama dengan ribuan alasan. Tapi ku hiraukan
apa yang membuat mereka terlambat, aku hanya segera meminta tolong mereka untuk
mempersiapkan apa yang harus beres sekarang juga. Tak lama dari itu semua beres
dan aku melihat tatapanmu menatap serius semuanya.
Fokusku berubah setelah kehadiranmu,
tapi sebenarnya aku tak ingin merasakan semua ini, hanya saja semesta
memberikannya padaku. Apakah engkau merasakan yang sama dengan ku atau tidak,
aku tak pernah mempedulikannya. Aku hanya menyimpan sebuah rasa yang sulit
untuk bisa di jelaskan dalam kata. Ku berharap kamu pun demikian.
Tak
tau apa yang kamu tuju dari tatapanmu, yang kurasa semua nya dalam tapi bukan
tentangku. Aku yang selalu mengharapkan untuk bisa melihat matamu, tapi kau
menyembunyikannya. Aku faham bahwa seseorang sepertiku hanya bisa menatapmu
lewat bayanganmu bukan lewat manusia yang sebenarnya.
Bayangmu sebenarnya membantuku untuk
menghibur dengan cara yang tidak akan diketahui orang lain. Hanya senang tapi
berasa kurang.
Merdunya
suaramu membuat pikiranku damai dan enak, kau mengucap seperti sedang menina
bobokan seorang bayi yang sedang menangis.
“ayo.” Serumu pada temanmu. Memang hanya
satu kata, tapi terasa seperti sangat banyak yang bisa diartikan dalam kata
tersebut. Kata yang menjelma menjadi kalimat yang akan kau sampaikan lewat
beberapa orasi mu.
Semuanya tanpak
nyata, aku melihatmu dari jauh, kau berbahagia dan aku pun merasakan hal yang
sama dari sini. Aku ingin sekali menyampaikan kata selamat pagi padamu, tapi
aku tak pernah bisa untuk melakukannya. Sangat berat untukku berbicara dengan
perempuan, apalagi kepadamu yang membuat makna dari semua kataku berbeda. Kamu hadir
dalam hangatnya suasana malam itu yang sebenarnya dingin.
Kamu berjalan layaknya seorang putri,
langkahmu begitu berarti dan menyimpan sebuah tanda jejak yang berharga bagi
prajuritnya. Apakah aku berlebihan dalam mengartikanmu tapi sebenarnya memang
seperti ini yang aku rasakan.
Waktu
semakin siiang, semakin dalam aku mengartikanmu, tapi kadang setiap kata yang
selalu ku ucapkan terlalu nyata bagiku dan semu bagimu. Akupun berjalan
mendekatimu untuk mentegur sapa tapi ketika beberapa langkah lagi mendekatimu
aku menginjak kulit pisang dan badanku langsung terjatuh. Seketika itu aku
kaget dan bangun dari mimpi malamku.
Aku terlalu keras berpikir untuk hari
esok hingga terbawa mimpi.
Comments
Post a Comment