Sekejap Rasa
Hening dan gelap, mungkin itu
yang menemaniku saat aku merasakan kehilangan harapan yang kesekian kalinya. Disitu
ku tulis semua kisah yang pernah aku lakukan besamamu. Kamu yang pernah menjadi
embun di pagi yang selalu menyejukan.
Sekejap aku berpikir, apa pantas
orang sepertiku bisa hadir disampingmu? Bahkan menemani hari-hari sepimu. Tapi aku
percaya bahwa Tuhan selalu mempertemukanku dengan orang yang tepat dan mungkin
dia adalah jawaban dari semua doaku yang dikabulkan tuhan.
Pagi itu burung berkicau sangat
merdu, akupun pergi keluar rumah untuk menghirup segarnya udara pagi di
perkampungan. Memang sangat segar udaranya, tak seperti di kota-kota besar yang kesejukan
paginya sudah di gantikan oleh padatnya kendaraan yang berangkat kesana kemari.
Aku bergegas
kedepan untuk membeli bubur ayam, di perjalanan aku dan warga kampung saling
bersapa, sangat rukun sekali. Sebenarnya suasana seperti ini yang selalu aku
idamkan.
Singkat cerita aku sampai
disebuah jalan dimana disana ada penjual bubur favoritku, namanya Pak Gabriel. Sambil
menunggu antrian, ku perhatikan orang-orang yang lewat dan saling bertegur
sapa. Lalu kulihat sesosok bidadari tanpa gaun putihnya melintas didepanku,
akupun terpana olehnya. Dia yang indah tapi tak pernah menampakan keindahannya,
sekali terlihat keindahannya terpancar sungguh mempesona.
“ki, buburnya
pake kecap gak ?” seru pak Gabriel,
“ehhh, iya
pak pake” jawabku dengan nada terkaget karena sedang memperhatikan perempuan
yang melintas tadi.
“liatin apa
ki ?” tanya penjual bubur,
“ itu anu
pak, dia yang pake sepeda putih tadi siapa yah ? kok aku baru lihat” jawabku
spontan menanyakan perempuan yang tadi.
“Rizki Rizki, emang kamu tak mengenalnya? Dia itu
anaknya Bu Andini yang rumahnya didepan sana. Kamu suka? ” Jawabnya sambil
mengejekku,
“Eiss ngaco
ah ,ouh Indri yah, kok dia kelihatan berbeda, dulu aku hanya mengenalnya waktu
SD sekarang sudah SMA, sungguh berbeda.” Jawabku.
Lalu aku pulang kerumah dengan
membawa semangkuk bubur yang aku beli tadi. Aku pun kepikiran tentangnya. Dia yang
dulu ku kenal sebagai gadis yang sedikit tomboy, kini begitu anggun layaknya
seorang putri. Karena penasaran, akupun langsung menanyakan dia kepada temanku
yang mengenalinya. Diapun menjawab dan memberikanku nomor kontak perempuan itu.
Dengan rasa berani tapi sedikit
takut, aku mulai menanyakan sedikit tentang dia. Ternyata responnya lumayan
baik, akupun senang dan nyaman ketika berkomunikasi dengannya.
Hari demi
hari selalu kusempatkan untuk menanyakan kabarnya. Hingga suatu waktu temanku
datang kepadaku untuk menemaninya karena dirumahnya sepi taka da orang. Aku langsung
berangkat kepadanya dengan meminta izin dulu kepada ibuku. Maklum anak
kesayangan jadi apa-apa harus atas izin orangtua dulu.
Setelah aku sampai
kamipun berbincang sampe larut malam. Tiba-tiba terdengar suara emas terdengar
dari bibirnya, pertanda dia sudah tidur. Aku di tinggal sendirian, tapi ketika
aku ingin beranjak tidur, kudapati gadgetnya menyala. aku buka saja, dan
ternyata ada pesan dari Indri, perempuan yang aku suka, dan kubaca isi pesannya
ternyata mereka sudah lama berdekatan dan saling mengenal satu sama lain.
Disana aku
merasa bersalah karena aku sudah menyukai orang yang sudah dekat dengan
sahabatku. Akhirnya malam itu jadi malam yang panjang untukku agar tidak
menyimpan rasa kepada Indri. Memang cukup berat tapi aku tak mau menghancurkan
persahabatanku yang sudah lama ku jalani dengan dia.
Cinta memang indah, hanya saja
jangan sampai ada penghianatan disana. Cinta sejati adalah cinta yang datang
dengan membawa kebahagiaan, bukan permusuhan. Dan disana dengan hening malam dengan ditemani gelapnya langit akupun mencoba menebang cinta yang baru tumbuh
dalam akar hati.
Subhanallah, sungguh segenap rasa yang suci. Dimana rasa menghargai persabatan lebih besar drpd rasa cinta terhadap pujaan.
ReplyDeleteKarena mereka hadir bersama kebahagiaan, takkan mungkin ku rusak ke bahagiaan itu adas dasar yang takkan menjadi sebuah alir kehidupan yang nyata
ReplyDelete