Taman Seribu Rasa


          Suatu ketika aku berjalan di keramaian kota, disana banyak ku temui berbagai macam  aktivitas, ada yang berjualan, bermain Bersama keluarganya, bahkan ada yang duduk hanya sendirian saja ditaman, sama dengan  ku yang hanya di  temani indahnya bayangmu.
          Aku pun berbincang dengan  seorang pemuda yang sedang beristirahat disana,
“ Halo bang, boleh saya  ikut duduk ? “ sapa ku kepadanya,
“ ouh iya iya, sini duduk kebetulan saya sendirian “ jawab si pemuda yang duduk itu,
Kami  pun berbincang tentang keindahan taman yang kami lihat, dan ternyata pemuda itu sering ke tempat ini sendiri untuk menghibur diri dikala dia sedang dalam keadaan gundah.
Tak terasa sudah sejam kita berbincang aku  pun berpamitan kepada pemuda itu,
“bang saya duluan yah ada yang menunggu saya disana “ padahal tidak ada orang yang menunggu ku, itu hanya basa basi  ku agar percakapan kita berakhir.
“ iya siap,  hati hati” kata si pemuda tersebut.
          Lalu aku berjalan mendekati tulisan yang ada di sekitaran taman tersebut, aku merasa damai bila berjalan di taman itu, banyak ku dapati kebahagiaan disana, tentang seorang anak yang sedang berbincang dengan keluarganya, tentang seorang pasangan suami istri yang sedang mengasuh anaknya yang berusia 2-3 tahunan , yang sedang lucu lucunya, seperti saya yang selalu terlihat lucu.
Kulihat pula kedamaian bagi para pedagang yang saling berdampingan tanpa ada yang menjatuhkan diantaranya, sungguh pemandangan yang membuat perasaan ku damai.
          Karena sudah cukup lama berkeliling taman, aku pun kehausan dan kudapati seorang pedagang es cendol di depanku, “kelihatannnya enak tuh “ seruku dalam hati.
Aku langsung mendekati si penjual cendol itu dan langsung memesan es tersebut.
Di sebelah itu terlihat badut yang menggenakan boneka Masha sedang berjalan ke arahku. Tapi, ketika sudah di dekatku dia pun duduk dan melepaskan penutup kepalanya.
Aku kaget , ternyata yang memakai baju badut itu ternyata seorang anak, ya kira kira usianya 7-9 tahunan.
Tak tega rasanya melihat anak sekecil dia memakai pakaian yang sangat besar itu. Kemudian aku memesankan es cendol untuknya.
Dengan perlahan ku dekati anak tersebut dan duduk di sampingnya sambil memberikan es cendol yang tadi aku pesankan untuknya.
“De kamu haus ? mau es cendol gak ?” sapa ku kepada anak kecil itu sambil meyodorkan es cendol yang ada di tangan kananku.
“iya kak, mau, aku belum minum daritadi” dia menjawab dengan nafas yang ngosngosan.
“ade kenapa memakai kostum seperti ini ?” tanyaku penasaran.
Dia pun tertunduk dengan tangan memeluk kedua lututnya.
“ade jangan nangis, bicara sama kakak siapa tau kakak bisa bantu ? “ aku pun merasa bersalah karena membuatnya tertunduk.
Sambil ku peluk dia dengan tangan kananku dia pun mulai menaikan kepalanya, dengan mimik muka yang sedih dia pun menjawab pertanyaanku.
“Ibu ku sakit kak, dan kami tidak punya uang untuk ke rumah sakit, kami sehari hari hanya tidur di gubuk kecil yang bila hujan kami kedinginan dan bila panas kami kepanasan” diapun berbicara sambil menangis.
Dengan mata berlinang air mata aku menatap anak itu dan ku peluk dia sampai dia berhenti menangis. Bingung dan terpukul itu yang aku rasakan saat ini.
          Lalu kuberikan uang ku yang tersisa di dompetku kepada anak itu,  aku suruh anak itu menghabiskan es cendol yang aku berikan dulu. Setelah habis diminum aku suruh anak itu untuk menuju ibunya dan membawanya ke rumah sakit. Anak itu langsung pergi dan mengucapkan terima kasih kepadaku, sambil matanya yang menjatuhkan air mata kesedihan. Merenung dengan hati tak karuan, hanya itu yang ku lakukan setelah anak itu pergi.
          Akhirnya aku pulang dengan hati yang sakit karena melihat perjuangan seorang anak yang rela panas panasan di taman dari pagi sampai sore bahkan sampai malam hari hanya untuk mencari uang agar ibunya bisa sembuh dari sakitnya. Berbeda dengan ku ketika seumuran dia , aku hanya bisa meminta kepada ayah dan ibuku untuk dibelikan mainan atau tas yang bagus.
          Pernahkah kalian berpikir bahwa mereka yang tinggal di jalanan kehidupannya lebih perih dari kita ? apa pernah kita peduli kepada mereka ? bahkan untuk melihat mereka pun kadang kita tak mau karena merasa mereka kotor. Ingatlah sahabat, takkan pernah ada kehidupan yang kekal di dunia, semua hanya titipan. Sudahkan bermanfaat bagi orang lain ? atau hanya bisa memanfaatkan orang lain saja ? . Dunia ini butuh orang – orang yang siap berkorban demi saudaranya, bukan mengorbankan saudaranya untuk kehidupan dia sendiri.
          Semoga mereka diberi kekuatan untuk bisa terus bertahan dalam kehidupannya, dan semoga banyak orang yang memperhatikan mereka.

Comments

  1. memorable ending 😊. hopefully the suggestions from this story will be conveyed to all readers,"jadilah mata air"😊

    ReplyDelete
  2. Terima kasih sudah membaca,
    Selalu memberi kehidupan kepada yang lain, bukan begitu ? Hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts