Tempatku Berperan
Dalam malam yang indah kau nampak
mempesona dengan gemerlap cahaya yang hadir dalam hiasan berupa lampu yang
menyala- nyala layaknya indahmu tak terbatas. Dari kejauhan kudapati kau
seperti sedang tersenyum dalam keheningan malam.
Kota ku Kota Tasikmalaya, dimana
orang menyebutnya sebagai kota santri dan banyak dari kami merupakan santri
dari berbagai macam pondok pesantren.
Dikota ini aku temukan ketenanganku, dengan apa yang dia berikan dan dia simpan
dalam cerita nyata Tasikmalaya. Bukan hanya terkenal sebagai kota santri di
kotaku banyak tempat wisata yang dimana jika kamu berlabuh didalam nya kamu tak
ingin untuk pulang lagi kerumah.
“san kamu pulang kapan?” Ujar Anton kepada
Hasan
“mungkin
minggu depan atau bulan depan ton, aku belum dapat cuti nih.” Jawab Hasan
Percakapan
yang singkat antara Hasan dan Anton lewat telpon genggam. Jika sudah menanyakan
itu pasti Anton ingin mengajak Hasan ke tempat mereka biasanya menghabiskan
waktu libur mereka yaitu ke Wisata Alam Situ Gede. Aku pun selalu di ajak oleh
mereka tatkala mereka ingin berlibur. Dan di Wisata Alam Situ Gede terasa
nyaman dan tenang, layaknya ketenangan hati yang tak pernah terjambah oleh
cinta yang salah.
Hari itu, tepat satu minggu setelah
Anton dan Hasan berbincang mereka pun bertemu di stasiun karena memang saat itu
Hasan pulang naik kereta dari arah Jakarta menuju Tasikmalaya. Lalu besoknya
Anton dan Hasan menelponku untuk ikut mereka pergi ke tempat Wisata Alam Situ
Gede untuk menghabiskna hari libur mereka. Aku pun ikut bersama mereka dan
disana kita naik perahu kecil dan memancing ikan disana dan kemudian ikannya
akan kita bakar di syuatu tempat yang sejuk dan asri di dekat situ tersebut.
Sambil tertawa terbahak-bahak kami bertiga bercerita layaknya seseorang bocah
yang sedang menonton cerita lucu.
“ges
burit eng yu ahh” Ucapku pada Anton dan Hasan,
Kemudian
Hasan menjawab “enya tingali gera panonpoe ges rek leungit”
“yu atuh
beberes heula ke wang balik” jawab Anton kepada kami.
Kami pun
langsung mengemas barang-barang dan segera pulang.
Font Note
1ges burit adalah
Bahasa sunda yang dalam Bahasa Indonesia yang artinya sudah sore
2panonpoe adalah kata lain dari
matahari dalam Bahasa sunda
3 beberes heula adalah kata lain
dari beres-beres dulu
**
Rintikan hujan bernada sayu,
Menggores perasaan yang
tak lagi denganmu,
Kini pena menjadi saksi
yang nyata,
Dengan jutaan kata dalam
cerita.
Kini aku menatap dunia
dengan sendiri,
Bersama kenangan yang di
beri setelah pergi,
Takkan pernah kembali,
Dan telah menjadi bukti
kalam ilahi.
Yang terkasih kini telah pergi untuk
selamanya, dia pergi meninggalkan kami sekeluarga, hanya tinggal Ibu, aku dan
adikku. Kami sekarang hanya hidup bertiga dalam rumah yang sederhana dan nampak
tua. Semangat dari seorang ayah lah yang membuat kami semangat menjalani hidup
ini. Dia selalu bekerja keras demi menafkahi kami. Aku ingin menjadi sosok ayah
seperti ayahku dengan tubuh yang kekar dan kulit dengan goresan luka yang dulu
pernah dia dapat sebelumnya.
Hanya sabar dan ikhlas, itu yang
orang orang katakan padaku.
“Apa
mungkin aku bisa se-sabar itu dan se-ikhlas itu setelah apa yang aku rasakan?.”
Tanyaku pada ibu.
“apa yang
harus di sesalkan, Alloh lebih saying pada ayahmu, bukankah dia pula yang
menciptakan semua ini? Kenapa kita harus bersedih.” Jawab Ibu
“tapi bu
aku hanya bocah yang tak tau bagaimana yang akan terjadi selanjutnya.” Tanyaku
“kamu
lahir dari seseorang yang hebat, kamu sudah dewasa dan kamu pasti tau mana yang
baik untukmu, maka itu Alloh memberikan amanat padamu sebagai anak pertama
untuk bisa berpikir seperti ayahmu, kamu bisa dan kamu pasti akan menjadi sosok
yan lebih baik daripada ayahmu, ibu yakin itu” Jawab Ibu.
Aku
menangis dan memeluk ibuku saat itu juga, aku merasa bodoh karena meragukan
takdir yang Alloh berikan padaku, aku harusnya bisa menjadi seseorang yang
hebat,kuat dan sabar seperti apa yang ayahku lakukan semasa hidupnya. Mungklin
terkesan mustahil bagi kami untuk bisa bangkit dari keterpurukan itu tapi dengan
tekad dan doa yang di panjatkan ibuku aku pun semangat dalam menjalani hidup.
Hari itu hari kelulusanku di
Universitas, aku diwisuda bersama mahasiswa yang lain dan ibuku melihat proses
wisudaku dengan air mata bahagia. Aku senang sekaligus tak percaya dengan apa
yang aku dapatkan saat ini, dulu keinginanku untuk kuliah saja di tentang oleh
ibuku karena memang mustahi untuk bisa membayar biaya kuliah yang mahal. Tapi
karena setiap oleh memiliki rezikinya masing-masing dan aku yakin Alloh pasti tau
apa yang aku butuhkan, jadi aku memberanikan diri untuk daftar ke sebuah
Universitas Negeri di kotaku hingga akhirnya aku bisa lulus di hadapan ibuku
dengan kerja keras yang aku dapatkan dari sosok seorang ayah yang pernah
memberiku semangat itu.
Dengan ijazah yang kudapatkan saat
itu aku melamar kesebuah Lembaga Pendidikan untuk bisa mengamalkan ilmu yang
aku dapatkan di bangku kuliah. Aku mengajar dengan apa yang aku bisa disana.
Tapi cita-citaku bukan hanya mengajar, aku ingin membuat sebuah Yasasan Pendidikan
Islam di kampungku dan ingin di kampungku menjadi kampung yang penuh dengan
santri seperti dahulu kala.
Dengan
sahabatku, aku mulai membuat madrasah kecil untuk belajar anak-anak kecil,
awalnya kami diragukan oleh beberapa orang yang ada di kampung, tapi itu bukan
ocehan yang bisa menghancurkan cita-citaku, satu per satu Yayasan itu mulai
terpenuhi oleh santri putra dan setelah 3 tahun berjalan, madarasah kecil yang
kami buat ternyata sudah tak cukup menampung santri yang ingin belajar ilmu agama
di Yayasan ini. Dan kami pun muali membangun beberapa madrasah dan
kobong-kobong untuk tempat mengaji dan tempat tinggal para santri.
10 tahun sudah aku mengajar dan
disamping itu juga aku mempunyai Yayasan Pendidikan Islam yang kini santrinya
sudah mencapai 200 orang. Aku senang bisa mendirikan sebuah tempat untuk mereka
belajar, karena aku tahu bagaimana sulitnya mendapatkan pelajaran agama saat
ini, meskipun terkesan kecil semoga suatu hari nanti Yayasan Pendidikan Islam
yang aku miliki bisa mencetak santri-santri yang bisa menjadi orang-orang yang
jujur.
Comments
Post a Comment